Nalarku.com – Apa sih untungnya menjadi guru penulis? Bisakah kita menambah penghasilan dari kegiatan menulis? Adakah kelebihan-kelebihan lain menjadi seorang guru penulis selain keuntungan finansial dan profesional?
Menjadi guru penulis itu sebuah privilege. Guru penulis itu guru istimewa. Istimewa karena mampu melampaui batas tugas pokoknya sebagai seorang guru. Dia mampu membuka jalan lain untuk menginspirasi melalui buku atau bentuk tulisan lainnya.
Selain memperoleh keuntungan profesional, yaitu sebagai sarana mengajukan kenaikan pangkat, menulis juga memberikan keuntungan spiritual dan finansial. Menulis bisa menjadi lahan ibadah sekaligus menghasilkan banyak keuntungan ekonomi.
Lahan Ibadah
Menulis itu lahan ibadah. Ketika seorang guru mampu menulis sebuah buku edukatif, maka ia membuka lahan ibadah baru. Tulisannya dibaca oleh banyak orang. Buah pikirannya menginspirasi dan menggerakkan banyak orang untuk berubah menjadi lebih baik. Dengan cara demikian, guru penulis tetap akan memperoleh aliran pahala walaupun dirinya sudah tidak lagi berada di dunia.
Keuntungan Finansial
Bagaimana guru penulis bisa mengoptimalkan keuntungan finansial dari menulis? Ada beberapa cara, misalnya melalui sistem royalti, flat fee, jualan buku karya sendiri, menjadi pengisi acara workshop kepenulisan, menjadi ghost writer, mengikuti lomba menulis, membuka kelas menulis online atau mengelola blog.
Royalti dan Flat Fee. Naskah buku kita yang bagus bisa kita kirim ke penerbit mayor, misalnya Gramedia atau penerbit mayor lainnya. Jika buku kita diterbitkan dan dijual di toko buku seluruh Indonesia, maka keuntungan finansial sudah pasti datang. Setiap buku yang terjual akan mendatangkan royalti sebesar 5-10%. Misalnya, jika harga buku kita Rp 50.000, maka royalti buku yang kita terima adalah 5.000 (asumsi royalti 10%). Bayangkan saja jika buku kita terjual 2.000 eksemplar , maka royalti yang kita terima adalah 10 juta. Royalti ini biasanya akan kita terima secara berkala, bisa tiga bulan atau enam bulan sekali.
Selain sistem royalti, dikenal juga dengan sistem flat fee atau sistem beli putus. Naskah kita akan dibayar di depan. Kita akan menerima bayaran sebelum buku kita terbit dan kita tidak akan menerima royalti lagi dari penjualan buku kita.
Menerbitkan dan Menjual Buku Sendiri. Menembus penerbit mayor tidaklah mudah. Namun buku kita tetap bisa kita terbitkan. Caranya, dengan menerbitkan naskah buku kita melalui penerbit indie. Kita biayai sendiri dan hasilnya kita jual sendiri. Banyak penerbit indie berbiaya murah dan hasilnya tidak kalah dengan penerbit mayor. Kita bisa menjual buku kita dengan memanfaatkan jaringan online yang kita miliki, misalnya via facebook add, grup WA dan semua networking yang mungkin kita gunakan. Hasilnya bisa luar biasa karena keuntungan 100% untuk kita sendiri. Syaratnya, kita harus pandai-pandai mengiklankan karya kita.
Menjadi Pengisi Seminar Menulis. Ketika karya kita semakin banyak, maka saatnya kita berbagi pengalaman. Kita naik ke kuadran empat, guru penulis yang mau berbagi. Kita membuka diri melalui sharing tentang metode dan pengalaman menulis. Tidak harus melalui seminar atau workshop kepenulisan secara offline, kita bisa melakukannya secara online. Maka, guru penulis juga harus mulai belajar mengelola web, blog dan webinar.
Menjadi Ghost Writer. Ghost writer itu apa? Intinya, ghost writer itu membantu orang lain menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Banyak orang hebat yang memiliki ide luar biasa, namun tidak mampu atau tidak memiliki waktu menulis. Nah, ghost writer bertugas mengolah ide mereka menjadi tulisan yang bagus dan enak dibaca. Bayaran ghost writer bisa lebih besar dari menulis buku sendiri. Tentu saja kita harus memiliki kemampuan menulis yang luar biasa untuk menjadi ghost writer.
Mengikuti Lomba Menulis. Kemendikbud biasanya menyelenggarakan lomba menulis artikel atau buku pengayaan setiap tahun. Kita bisa mengikutkan karya kita dalam lomba ini. Hadiahnya cukup besar. Dan jika beruntung, karya kita bisa diterbitkan untuk menjadi salah satu buku pengayaan yang dicetak massal untuk sekolah-sekolah.
Nah, kesempatan memperoleh keuntungan sangat terbuka bagi guru penulis. Guru harus menangkap peluang ini dengan cerdas. Caranya, asah kemampuan menulis dengan baik. Luangkan waktu setiap hari untuk berlatih menulis. Setidaknya 30 – 60 menit sehari. Jangan lupa membaca buku-buku bermutu. Membaca itu seperti menambah gizi. Semakin banyak kita berlatih menulis dan membaca, maka tulisan kita akan semakin luar biasa.
Selamat berlatih menulis. tetap semangat. Barakallahh.
Arifin, Wisma MM UGM, 09 Feb. 2020