Penguatan Karakter Peserta Didik di Masa Pandemi

Efek Peltzman: Bahaya Pasca Vaksinasi Covid-19
April 8, 2021
Implementasi Prematur Program Sekolah Penggerak
Juni 11, 2021

Penguatan Karakter Peserta didik di Masa Pandemi

Oleh  Arifin

Nalarku.com – Penguatan karakter  peserta didik menjadi salah satu pemikiran serius di masa pandemi. Bagaimana melakukan penguatan karakter peserta didik tanpa perjumpaan tatap muka secara langsung? Bisakah penguatan karakter dilakukan secara daring atau online dengan segala keterbatasannya? 

Sebelum pandemi, penguatan karakter bisa dilakukan secara lebih komprehensif, melalui pembentukan budaya di sekolah, melalui pembelajaran di kelas dan kerjasama dengan keluarga dan masyarakat. Hampir tidak ada kendala. Budaya di sekolah bisa dijadikan sebagai wadah penguatan karakter religius, nasionalisme, dan karakter lainnya. Para peserta didik bisa dilatih disiplin dalam mengerjakan ibadah di masjid sekolah, toleransi dengan sesama peserta didik, membangun rasa nasionalisme melalui kegiatan upacara bendera dan lain sebagainya. Semua bisa dilatihkan dan dibiasakan dengan pantauan langsung dari para guru. Guru juga bisa melakukan penguatan karakter peserta didik melalui proses pembelajaran di kelas.

Begitu pandemi hadir,  dan pembelajaran beralih mode ke daring, para guru mengalami semacam kebingungan. Tidak tahu harus berbuat apa. Hal ini bisa dimaklumi karena para guru ini tidak dipersiapkan untuk mengelola proses pendidikan dan pembelajaran secara online. Apalagi melakukan penguatan karakter yang lebih kompleks pelaksanaannya, tentu ini menjadi pemikiran serius.

Sebenarnya banyak celah strategi dan cara dalam menanamkan karakter pada masa pandemi. Para pendidik tetap bisa melakukan penguatan karakter walaupun mode pembelajaran menggunakan mode daring. 

Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan guru dalam rangka penguatan karakter, diantaranya:

  1. Membangun kerjasama dengan keluarga / orangtua
  2. Mengelola learning management system yang memungkinkan terjadinya interaksi aktif
  3. Mengelola pembelajaran daring yang interaktif (baik sinkron maupun asinkron)
  4. Membangun konten pembelajaran yang kaya dan variatif dengan muatan karakter.
  5. Menciptakan sistem kendali dalam mengembangkan golden habits
  6. Memadukan berbagai media sosial untuk membangun jaringan komunikasi
  7. Menciptakan kegiatan-kegiatan sosial (ekstra kurikuler) yang mungkin dilakukan secara daring (kajian keagamaan, bakti sosial, dan pentas seni virtual, dll

Strategi lain yang lebih inovatif bisa dikembangkan sesuai dengan kekuatan sekolah, kesiapan guru dan kondisi real para peserta didik. Kita memahami, tidak semua peserta didik memiliki kemampuan untuk mengikuti pembelajaran daring secara penuh. Kendala jaringan internet dan kekuatan finansial untuk membeli kuota menjadi kendala yang perlu dipertimbangkan.

Dalam kondisi yang tidak sempurna tersebut, guru bisa melakukan modifikasi kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru bisa melakukan home visit ke lokasi peserta didik yang mengalami kendala tersebut dengan secara terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat. Atau, peserta didik diperbolehkan datang ke sekolah secara parsial, khususnya bagi mereka yang terkendala.

Yang jelas, penguatan karakter tidak boleh dinegasikan dalam setiap proses pembelajaran, apapun mode yang digunakan. 

Gunungkidul, 09 April 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi Sekarang